Sabtu, 30 April 2011

plak, pelikel, biofilm

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2 Plak gigi memegang peranan penting dalam suatu proses karies dan inflamasi pada jaringan lunak gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.Gigi yang sudah disikat akan kembali berkontak dengan saliva (ludah). Mucin (salah satu zat yang terkandung dalam saliva) akan melapisi gigi. Lapisan ini kemudian dikenal dengan nama Acquired Pellicle (mucus). Acquired Pellicle ini sangat tipis, berkisar 1 um. Selain mucin dan protein lainnya, saliva juga mengandung banyak bakteri. Beberapa saat setelah Acquired Pellicle terbentuk bakteri juga akan singgah dan berkoloni di lapisan tersebut. Keadaan inilah yang kemudian disebut dengan plak gigi atau dental plaque.
Plak merupakan penyebab lokal dan utama terbentuknya penyakit gigi dan mulut yang lain seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang pada gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi), dan lain sebagainya. Oleh karena plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka mengurangi akumulasi plak adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya panyakit gigi dan mulut.
Cara yang paling umum dan murah adalah sikat gigi. Dengan atau tanpa pasta gigi, minimal 2 kali dalam sehari kita harus menyikat gigi. Pagi dan sebelum tidur malam. Lebih ideal jika kita menggunakan bantuan disclosing agent untuk melihat apakah penyikatan gigi yang kita lakukan sudah benar-benar sempurna. Gigi yang terbebas dari plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh disclosing pada gigi. Selain itu perabaan dengan lidah mengidentifikasikan dalam bentuk gigi terasa kesat — bukan licin. Jika masih terasa licin maka masih terdapat plak.
Plak gigi memegang peranan penting dalam suatu proses karies dan inflamasi pada jaringan lunak gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai pembentukan plak, bahan antiplak, pembentukan kalkulus, serta bakteri-bakteri yang ada di dalam rongga mulut.


BAB 3. PEMBAHASAN
3
3.1 BIOFILM
Biofilm mikroorganisme: Biofilm merupakan suatu agregat mikroba sejenis maupun berbeda jenis yang melekat pada permukaan substrat biologis maupun non biologis, dimana satu sel dengan sel yang lainnya saling terikat dan melekat pada substrat dengan perantaraan suatu matrik extracellular polymeric substance (EPS) atau disebut juga exopolysaccharide (Hall-Stoodley, 2004; Madigan et al, 1997).
Biofilm adalah lapisan yang terbentuk oleh koloni sel-sel mikroba dan melekat pada permukaan substrat, berada dalam keadaan diam, karakter berlendir, dan tidak mudah terlepas (Madigan et al, 1997).
Biofilm merupakan salah satu contoh dari hubungan kompleks antara berbagai mikroba yang seringkali berasal dari spesies yang berbeda. Biasanya menempel pada permukaan gigi (plak gigi), kerak dalam aliran air, tirai kamar mandi (buih sabun juga merupakan biofilm), alat medis yang ditanam dalam tubuh (pipa dalam saluran tubuh) dan lapisan lendir sistem pencernaan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa biofilm merupakan habitat mikroba yang alami. Biofilm berkembang dari suatu matriks ekstraseluler yang terdiri atas DNA, protein, dan serabut polisakarida dari glikokaliks sel. Matriks melekat satu sel dengan yang lain dan juga pada permukaan substrat. Biofilm merupakan lingkungan mikro yang mengandung nutrien dan melindungi koloni bakteri (dari tekanan lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, obat antimikroba, pH, suhu, dan kelembaban).
Plak pada gigi adalah suatu bentuk biofilm yang mengarah pada kerusakan gigi (cavities/gigi berlubang). Pembentukan dimulai dari kolonisasi Streptococcus mutans pada gigi. Bakteri ini menguraikan karbohidrat terutama sukrosa (gula tebu) sebagai sumber nutrien dan untuk pembentukan glikokaliks. Sukrosa diuraikan menjadi monosakarida sebagai sumber energi sel, dengan bantuan enzim. Enzim kedua yang dikeluarkan oleh sel berupa rantai polisakarida yang tidak larut untuk menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai molekul glukan (seperti matriks glikokaliks yang mengelilingi sel). Adanya glukan ini akan melekatkan Streptococcus mutans pada gigi, menyediakan tempat bagi spesies bakteri mulut lain dan menjerat partikel nutrien. Suatu biofilm kini telah terbentuk.
Bakteri di dalam biofilm mencerna nutrien dan melepaskan zat asam, yang dapat merusak gigi dengan matriks biofilm. Asam secara berangsur-angsur akan mengikis mineral penyusun gigi, menyebabkan gigi berlubang dan pada akhirnya bisa menghilangkan gigi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri dalam biofilm menunjukkan perbedaan yang mencolok dari individu, bakteri yang berenang bebas. Contoh,nya suatu sel yang berenang bebas, bakteri tanah Pseudomonas putida bergerak dengan flagel. Ketika ia menjadi suatu bagian dari biofilm maka akan kehilangan gen protein pembentuk flagel dan sebagai gantinya memulai sintesis pili. Sebagai tambahan, gen yang menyandikan ketahanan terhadap antibiotik pada Pseudomonas putida akan menjadi lebih aktif saat berada dalam biofilm.
Bakteri dalam biofilm berkomunikasi melalui pesan kimia untuk membantu mengatur dan membentuk struktur tiga dimensi. Arsitektur suatu biofilm menyediakan perlindungan daripada bakteri yang berenang bebas. Sebagai contohnya pada saat kadar oksigen rendah di bagian dalam biofilm maka akan lebih mengaktifkan zat antibiotik. Lebih dari itu, kehadiran begitu banyak jenis bakteri dalam biofilm akan meningkatkan kemungkinan bakteri dalam komunitas biofilm dalam melawan dan menjadi kebal tehadap pemberian antibiotik.

3.2 MEKANISME PEMBENTUKAN PLAK
Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi, dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur. Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiena oral, serta faktor-faktor penjamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.
Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:
a. Pembentukan pelikel dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris. Komponen khas pelikel pada berbagai daerah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel baru terbentuk (dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah dan pada permukaan gigi dan berupa material stein yang terang apabila diwarnai dengan bahan pewarna plak. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan jaringan). Selain itu pelikel merupakan substrat tempat bakteri dari sekitarnya melekat. Selain itu, pelikel bekerja seperti perekat bersisi dua, satu sisi melekat ke permukaan gigi, sedangkan permukaan lainnya merupakan sisi yang melekatkan bakteri pada permukaan gigi.
Bakteri dapat melekat ke permukaan gigi diperantarai oleh reseptor berupa lapisan tipis protein saliva dan glikoprotein yang menutupi permukaan gigi yang sering dikenal dengan pelikel. Pelikel dan matriks plak merupakan hasil dari host dan produk bakteri yang terdiri dari beberapa komponen meliputi albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, prolin yang kaya protein dan mucins. Lapisan pelikel pada permukaan gigi dikolonisasi oleh bakteri Gram positif seperti S.sanguis, S. mutans dan A.viscosus.
Komponen bakteri seperti glukosyltransferase dan glucans juga dapat ditemukan dalam pelikel dan memainkan peran yang sangat signifikan dalam hal perlekatan. Suatu ikatan antara adsorbsi dan desorbsi molekul saliva terjadi 90-120 menit setelah menyikat gigi. Setelah 2 jam pelikel pada permukaan lingual terbentuk setebal 20-80 nm sedangkan pelikel di daerah bukal bisa mencapai 200-700 nm. Ketebalan pelikel ini bisa berubah sewaktu-waktu tergantung pada tempat melekatnya. Pada saat molekul protein saliva berikatan dengan permukaan gigi protein dapat mengalami perubahan. Hal ini merupakan petunjuk adanya reseptor baru untuk perlekatan dimana terjadi aktivitas glukosyltransferase dan menghasilkan glucans dengan struktur yang dimodifikasi. Komposisi molekul dan kimia fisik pelikel merupakan hal yang sangat menentukan bentuk kolonisasi mikroba.
Setelah pelikel terbentuk bakteri melekat pada pelikel tersebut dan mengalami proliferasi. Bakteri yang pertama kali melekat apa permukaan pelikel biasanya golongan coccus. Seiring berjalannya waktu plak dikolonisasi oleh bermacam-macam bentuk berupa filamen, flagel dan spiral. Koloni awal yang terdapat pada plak adalah spesies komensal utama meliputi Streptococcus (S. sanguis, S. Gordonii dan S.oralis) dan A.viscosus. Pengkoloni awal tersebut melekat ke permukaan gigi dengan bantuan adhesins yaitu molekul spesifik yang terdapat pada permukaan bakteri. Contoh adhesin ini adalah S. gordonii dapat berikatan dengan bantuan α-amylase sedangkan A. naeslundii dan F. nucleatum berinteraksi dengan statherin. S. mutans berikatan dengan glucans protein binding.

b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomices viscosus dan Streptococus sanguis.18-20 Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Masa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.

c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
• Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi
• Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru
Dalam tiga hari, Pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak.Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke 7 ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif.


3.2.1 Komposisi Plak
Ada 3 komposisi yang membentuk plak dental yaitu mikroorganisme, matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan komponen anorganik. Kompisisi plak yang terbesar adalah mikroorganisme. Diperkirakan lebih dari 400 spesies bakteri dijumpai dalam plak dental. Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tersebut berada diantara matriks interseluler yang juga mengandung sedikit jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang dominan dalam semua plak gigi adalah jenis kokus terutama Streptokokus yang dapat menghasilkan asam dengan cepat dari hasil metabolisme karbohidrat. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk asam (asidogenik) juga tahan asam (asidurik).
Matriks interseluler merupakan 20-30% massa plak yang mengandung bahan organik dan abahan anorganik. Komponen organik terdiri dari Bahan organik yang mencakup polisakarida, protein, glikoprotein dan lemak. Komponen anorganik yang ditemukan terutama kalsium dan fosfor yang terutama berasal dari saliva. Kandungan organik semakin meningkat seiring dengan pembentukan kalkulus.

3.2.2 Bahan Anti-Plak
1. Permen karet
Mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol atau sorbitol (pengganti gula), mempunyai efek pengurang plak. Xylitol tidak bisa digunakan oleh bakteri, sehingga membuat bakteri tersebut kelaparan. Begitu bakteri mati, kerusakan gigi juga akan berkurang.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal Of Dental Education, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, menemukan, mengunyah permen karet Xylitol sekali sehari selama empat minggu menyebabkan pengurangan plak dalam jumlah besar. Studi dari Harvard School of Dental Medicine juga menemukan, mengunyah permen karet ini secara teratur mengurangi kerusakan gigi sebanyak 30 hingga 60 persen.

2. Pasta gigi
Pilihlah pasta gigi mengandung komponen pencegah plak. Colgate Total misalnya, mengandung substansi antibakteri bernama triclosan yang diklaim bisa mengurangi plak dan tetap aktif dalam mulut selama 12 jam setelah penggunaan.
Sementara itu, pasta gigi Arm & Hammer's Brilliant Sparkle Gel mengandung formula pemecah plak yang berfungsi mencegah lapisan plak menempel di permukaan gigi. Dalam percobaan yang dilakukan di University Park Research Centre, Indiana, pasta gigi ini mengangkat plak 88 persen lebih banyak dibandingkan produk kompetitor lainnya.

3. Polifenol
Teh hijau, anggur merah dan jus cranberry mengandung substansi yang dikenal dengan polifenol. Komponen ini mengurangi pembentukan plak dan mencegah bakteri penyebab gigi berlubang menempel di gigi.
Percobaan yang dilakukan di University of Rochester Medical Centre, Amerika serikat, menemukan bahwa minuman seperti jus cranberry bisa membantu mengangkat bakteri penyebab gigi berlubang 50 persen lebih banyak. Selain itu, polifenol juga membantu mencegah bakteri memproduksi asam yang memecah lapisan email gigi.
Dalam studi lain, peneliti dari University of Tohoku, Jepang, menganalisis kesehatan gigi dan diet dari 250.000 partisipan. Peneliti menemukan, satu cangkir teh hijau saja sehari bisa meningkatkan kesehatan gigi dan menurunkan risiko gigi tanggal sebanyak 20 persen.

4. Minyak zaitun
Cobalah membatasi pembentukan plak dan menguatkan gigi dengan menambahkan minyak zaitun ke dalam salad atau masakan Anda. Peneliti dari University of Madrid mempelajari kandungan antirongga dari minyak zaitun setelah menemukan bahwa penduduk kota penghasil minyak zaitun mempunyai angka kerusakan gigi dan penyakit gusi yang jauh lebih rendah. Peneliti menemukan, minyak zaitun mengandung oleuropein, komponen antibakteri yang mencegah bakteri 'gram negative' menempel di gigi. Bakteri 'gram negative' merupakan pemicu penyakit gusi dan penurunan kepadatan tulang.
Selain itu, minyak zaitun melapisi gigi dengan molekul-molekul lemak sehingga mencegah pembentukan plak. Diet sumber lemak dan minyak lainnya juga membantu menetralkan asam yang diproduksi bakteri dalam plak. (kalbe.co.id)

3.3 MEKANISME PEMBENTUKAN CALCULUS
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan umumnya bakteri plak memegang peranan penting dalam me-nentukan pembentukan kalkulus; pelekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan plak gigi, sedangkan permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival selalu diliputi oleh plak gigi.
Kalkulus merupakan suatu endapan amorfatau kristal lunak yang terbentuk pada gigi atau protesa dan membentuk lapisan konsentris. Kalkulus disebut juga "tartar" merupakan endapan keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat mengelilingi mahkota dan akar gigi. Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga terdapat pada gigi tiruan dan restorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan skeling. Penelitian morfologi kalkulus menggunakan scanning electron microscopy (SEM) menunjukkan bahwa kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival kasar dan porus serta terdapat retensi dan plak gigi. Permukaan luar kalkulus selalu diliputi oleh organisme-organisme bentuk filamen dan bulat, sedangkan permukaan dalam kalkulus tidak. Ada per-bedaan jumlah koloni pada plak gigi dengan atau tanpa kalkulus supragingival. Pada plak gigi kelompok kalkulus terdapat lebih banyak spesies Bacteroides intermedius, Bacteroides me-laninogenicus serta Capnocytophaga.
Organisme yang terdapat pada plak gigi yang sudah matang juga terdapat pada kalkulus; ditemukan ada 22 mikroorganisme di dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan ke-jenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi. Sum-ber mineral untuk kalkulus supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus subgingival dan serum darah.
Kalkulus terjadi karena pengendapan ganam kalsium fosfat, kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus-dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pem-bentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk, sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk kalkulus. Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai proses terbentuknya kalkulus, antara lain:
1. Teori CO
Menurut teori ini; pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya perbedaan tekanan CO2 dalam rongga mulut dengan tekanan CO2 dari duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan menjadi jenuh.
2. Teori protein
Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggung-an dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
3. Teori fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva se-hingga terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
4. Teori esterase
Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsium fosfat.
5. Teori amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi peng-endapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terha-dap gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival. Kalkulus supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat langsung di dalam mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan distribusinya dipengaruhi oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus subgingival terletak di bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung di dalam mulut, dan warnanya kehitaman. Endapan kalkulus supragingival ter-banyak adalah pada permukaan bukal gigi molar pertama maksila, dan pada permukaan lingual gigi insisivus pertama dan kedua mandibula Endapan kalkulus subgingival paling banyak terdapat pada gigi insisivus pertama dan kedua mandibula, di-ikuti oleh gigi molar pertama maksila, kemudian gigi-gigi anterior maksila.
Pembentukan kalkulus supragingival pada orang Asia (ten-tara Indonesia) lebih banyak, dan gigi yang terkena juga lebih banyak dibandingkan dengan orang Eropa (Oslo); perbedaan pembentukan tersebut tidak disebabkan oleh umur, jenis kela-min, frekuensi menyikat gigi atau daya abrasif dari pasta gigi. Diperkirakan perbedaan tersebut karena kebiasaan makan dan jenis makanannya; beras mengandung silikon yang daya abrasif-nya rendah sehingga meningkatkan rata-rata pembentukan kalkulus pada orang Asia. Silika yang ditambahkan dalam ma-kanan tikus akan meningkatkan pembentukan kalkulus.
Karang gigi ini menjadi tempat melekatnya kuman-kuman di dalam mulut. Akibatnya dapat menyebabkan berbagai penyakit gusi, seperti radang gusi (gingivitis) yang ditandai dengan gusi tampak lebih merah, agak membengkak, dan sering berdarah saat menggosok gigi. Lihat gambar dibawah ini contoh gambaran dari Gingivitis.

Hal ini dapat berlanjut menjadi radang jaringan penyangga gigi lainnya (periodontitis) bila tidak segera dirawat. Bila sudah tahap ini dapat menimbulkan gigi goyang karena jaringan penyangga gigi sudah rusak. Lihat gambar dibawah ini contoh gambaran Periodontiti.

Juga yang tidak kalah sering terjadi, karang gigi dapat menyebabkan bau mulut tidak enak. Hal ini yang dirasa paling mengganggu.

Setelah beberapa menit menggosok gigi terbentuk pelikel-pelikel

Pelikel-pelikel ini ditempeli oleh s.sanguis n S.Mutans dan sisa makanan

Akan mengambil mineral-mineral pada gigi dan oral hygiene yang buruk

Plak ini akan mengeras(termineralisasi)

Akan membentuk lapisan putih kekuningan di permukaan gigi

Calculus

3.4 FLORA NORMAL RONGGA MULUT
Flora rongga mulut terdiri dari kelompok mikrorganisme meliputi : Bakteri, fungi, mikoplasma, protozoa serta virus. Klasifikasi bakteri di RM didasarkan pada :
a. Pewarnaan, Gram positif & Gram negatif
b. Kebutuhan oksigen, aerob & anaerob

3.4.1 Kokus Gram Positif
Gram positif bentuk kokus, chains,terkadang berkapsul, non motile, anaerob fakultatif, media: selektif MSA.
3.4.1.1 Genus Streptococus
1. Kelompok Mutans
 Species utama adalah Streptococcus mutans serotipe c,e,f ; S. sobrinus serotipe d,g; S. rattus serotipe b; S. ferus; Steptococcus downei serotipe h, S. macacae
 Karakteristik kultur : konveks, opaque, menghasilkan polisakari ekstraseluler pd media yang mengandung sukrosa, MSA + bacitracin agar.
 Keberadaan di RM & infeksi : tooth surface, dental caries

2. Kelompok Mitis
 Spesies utama : Streptococcus.mitis, S. sanguis, S. gordoni, S.oralis, S. crista
 Karakteristik kultur : koloni tidak melekat (S.mitis& S.oralis ), kecil & elastis (S. sanguis) pd MSA
 Keberadaan di RM & infeksi: plak gigi, lidah dan pipi, infeksi endokarditis kec. S.mitis

3. Kelompok Salivarius
 Spesies utama : S. salivarius; S.vestibularis
 Karakteristik kultur: koloni mukoid dan besar pada MSA, juga menghasilkan fruktan ekstra seluler (polimer dari fruktosa dengan struktur levan). S.vestibularis tidak menghasilkan polisakarida ekstraseluler dari sukrosa menghasilkan urease dan hidrogen peroksid
 Keberadaan di RM & infeksi: dorsum lidah& saliva pada umumnya tidak bersifat patogen

4. Anaerobic streptococci (genus Peptostreptococcus)
 Spesies utama: P. anaerobicus, P. micros, P.magnus
 Karakteristik kultur: anaerob, pertumbuhan lambat, biasanya non hemolitik
 Keberadaan di RM & infeksi: pd gigi, khususnya karies dentin, abses periodontal &dentoalveolar dalam kultur campur.

5. Kelompok Anginosus
 Spesies utama : Streptococcus constellatus, S. intermedius, S. anginosus
 Karakteristik kultur : Tergantung CO2, ukuran kecil,kolon tidak melekat pada MSA.
 Keberadaan di RM & infeksi:krevikuler gingiva, infeksi dentoalveolar & endodontik

3.4.1.2 Genus Stomatococcus
 Spesies utama :Stomatococcus (bentuk Micrococcus) mucilagenosus
 Karakteristik kultur :koagulase negatif, koloni besar melekat pd permukaan agar darah, anaerob fakultatif
 Keberadaan di RM & infeksi : Umumnya pada lidah, krevikuler gingiva, bukan merupakan patogen oportunis

3.4.1.3 Genus Staphylococcus
 Gram positif bentuk kokus, bergerombol, tidak berspora,non motile,beberapa strain memiliki kapsul.
 Spesies utama:Staphylococcus aureus,S.epidermis (S.albus), S. Saphrophyticus.
 Keberadaan di RM & infeksi:Proporsi Staphylococcus aureus lebih banyak terdapat dalam saliva subyek sehat.

3.4.2 Kokus Gram Negatif
3.4.2.1 Genus Neisseria
 Diplokokkus gram negatif
 Spesies utama : Neisseria subflava, N.mucosa, N. sica
 Karakteristik kultur : menghasilkan asakharolitik dan non polisakarida,
 aerob fakultatif
 Keberadaan di RM & infeksi: diisolasi dlm jmlh yang lebih sedikit dari lidah,saliva,mukosa rongga mulut dan awal pembenukan plak, mengkonsumsi O2 pada tahap awal pembentukan plak, menyediakan kondisi kondusif untuk pertumbuhan anaerob, jarang berkaitan dengan penyakit

3.4.2.2 Genus Veilonella
 kokkus kecil gram negatif
 Spesies utama: Veilonella parvula, V. dispar, V. atypica
 Karakteristik kultur: anaerob obligat, media selektif Rogosa vancomysin agar, tidak menghasilkan glukokinase dan frukto kinase sehingga tidak bisa memetabolisme karbohidrat. Oleh karena itu ia menggunakan laktat hasil dari bakteri lain& dan pH plak, berhubungan dengan karies gigi.
 Keberadaan di RM & infeksi: Diisolasi dari permukaan lidah, saliva dan plak gigi, tidak berhubungan dengan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.
Daliemunthe SH. Pengantar periodonsia.Medan : USU Press, 2008 : 108-111.
Gerhrig-Nield JS. Dental plaque biofilms. http://www.dentalcarestamford.com
Haake KH. Dental Plaque: Structural, Microbiological and Developmental Characteristics.http://www.dent.ucla.edu/pic/members/microbio/mdphome.html
Files of DrsMed – FK UNRI (http://yayanakhyar.wordpress.com)
http://kalbe.co.id
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18086/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19051/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21346/4/Chapter%20II.pdf